BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Bahasa sebagai alat komunikasi sudah barang tentu menunjang berbagai
aktifitas hidup manusia. Apabila bahasa berperan sebagai alat berkomunikasi,
baik itu mengunakan bahasa daerah maupun bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional.
Berangkat dari hal tersebut kami penulis membahas singkat dari segi
fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia. Selain itu pula penulis dilatar
belakangi dengan tugas perkuliahan dan sebagian bangsa Indonesia belum memahami
fungsi dan kedudukan bahasa Indoonesia sebagai bahasa Nasional. Sehingga tidak
sedikit bahasa Indonesia dijadikan bahasa kedua setelah bahasa Daerah.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Kedudukan
Bahasa Indonesia Dalam Rumpun Dan Kelompok Bahasa Austronesia ?
2. Apa Fungsi
Bahasa Indonesia Dalam UUD 1945?
3. Apa Pengertian Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Indonesia ?
4. bagaimana Upaya Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa
Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA DALAM RUMPUN DAN
KELOMPOK BAHASA AUSTRONESIA
Rumpun
bahasa Austronesia (atau kadang disebut "bahasa kepulauan") adalah
sebuah rumpun bahasa yang sangat
luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Kebanyakan
bahasa-bahasa Austronesia tidak mempunyai sejarah panjang dalam bentuk
tertulis, sehingga upaya untuk merekonstruksi bentuk-bentuk yang lebih awal,
yaitu sampai pada Proto-Austronesia, menjadi lebih sulit. Prasasti tertua dalam
bahasa Cham, yaitu Prasasti Dong Yen
Chau yang diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi, sekaligus
merupakan contoh bukti tertulis tertua pula bagi rumpun bahasa Austronesia.
Austronesia mengacu
pada wilayah geografis yang penduduknya menuturkan bahasa-bahasa Austronesia.
Wilayah tersebut mencakup Pulau Formosa, Kepulauan Nusantara (termasuk Filipina), Mikronesia, Melanesia, Polinesia, dan Pulau Madagaskar. Secara harafiah, Austronesia berarti
"Kepulauan Selatan" dan berasal dari bahasa Latin austrālis yang berarti
"selatan" dan bahasa Yunani nêsos (jamak: nesia) yang
berarti "pulau".
Jika bahasa
Jawa di Suriname dimasukkan, maka cakupan
geografi juga mencakup daerah tersebut. Studi juga menunjukkan adanya
masyarakat penutur bahasa Melayu di pesisir Sri Langka
Untuk mendapat ide akan tanah air dari bangsa Austronesia,
cendekiawan menyelidiki bukti dari arkeologi dan ilmu genetika. Penelaahan dari
ilmu genetika memberikan hasil yang
bertentangan. Beberapa peneliti menemukan bukti bahwa tanah air bangsa
Austronesia purba berada pada benua Asia. (seperti Melton dkk., 1998),
sedangkan yang lainnya mengikuti penelitian linguistik yang menyatakan bangsa
Austronesia pada awalnya bermukim di Taiwan. Dari sudut pandang ilmu sejarah bahasa, bangsa Austronesia berasal dari Taiwan karena pada pulau ini dapat
ditemukan pembagian terdalam bahasa-bahasa Austronesia dari rumpun bahasa
Formosa asli. Bahasa-bahasa Formosa membentuk sembilan dari sepuluh cabang pada
rumpun bahasa Austronesia. Comrie (2001:28) menemukan hal ini ketika ia menulis:
. Bahasa-bahasa Formosa lebih beragam satu dengan yang
lainnya dibandingkan seluruh bahasa-bahasa Austronesia digabung menjadi satu
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi perpecahan genetik dalam rumpun
bahasa Austronesia di antara bahasa-bahasa Taiwan dan sisanya. Memang genetik
bahasa di Taiwan sangatlah beragam sehingga mungkin saja bahasa-bahasa itu
terdiri dari beberapa cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia secara
kesuluruhan.
Setidaknya
sejak Sapir (1968),
ahli bahasa telah menerima bahwa kronologi dari penyebaran sebuah keluarga
bahasa dapat ditelusuri dari area dengan keberagaman bahasa yang besar ke area
dengan keberagaman bahasa yang kecil. Walau beberapa cendekiawan menduga bahwa
jumlah dari cabang-cabang di antara bahasa-bahasa Taiwan mungkin lebih sedikit
dari perkiraan Blust sebesar 9 (seperti Li 2006), hanya ada sedikit perdebatan
di antara para ahli bahasa dengan analisis dari keberagaman dan kesimpulan yang
ditarik tentang asal dan arah dari migrasi rumpun bahasa Austronesia.
Bukti dari
ilmu arkeologi menyarankan bahwa bangsa Austronesia bermukim di Taiwan sekitar
delapan ribu tahun yang lalu Dari pulau ini para pelaut bermigrasi ke Filipina, Indonesia, kemudian ke Madagaskar dekat benua Afrika dan ke seluruh Samudra Pasifik, mungkin dalam beberapa tahap,
ke seluruh bagian yang sekarang diliputi oleh bahasa-bahasa Austronesia Bukti
dari ilmu sejarah bahasa menyarankan bahwa migrasi ini bermula sekitar enam
ribu tahun yang lalu Namun, bukti dari ilmu sejarah bahasa tidak dapat
menjembatani celah antara dua periode ini.
Pandangan bahwa
bukti dari ilmu bahasa menghubungkan bahasa Austronesia purba dengan
bahasa-bahasa Tiongkok-Tibet seperti yang diajukan oleh Sagart (2002), adalah
pandangan minoritas seperti yang dinyatakan oleh Fox (2004:8):
Disiratkan dalam
diskusi tentang pengelompokan bahasa-bahasa Austronesia adalah permufakatan
bahwa tanah air bangsa Austronesia berada di Taiwan. Daerah asal ini mungkin
juga meliputi kepulauan Penghu di antara Taiwan dan Cina dan bahkan mungkin juga
daerah-daerah pesisir di Cina daratan, terutama apabila leluhur bangsa
Austronesia dipandang sebagai populasi dari komunitas dialek yang tinggal
pada permukiman pesisir yang terpencar.
|
Analisis kebahasaan
dari bahasa Austronesia purba berhenti pada pesisir barat Taiwan. Bahasa-bahasa
Austronesia yang pernah dituturkan di daratan Cina tidak bertahan. Satu-satunya
pengecualian, bahasa Chamic, adalah migrasi yang baru terjadi setelah
penyebaran bangsa Austronesia
2. FUNGSI BAHASA INDONESIA DALAM UUD 1945
Sejarah
bahasa Indonesia;
Bahasa
indonesia adalah dialek kaku dari bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno.
Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap
“lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928 atas usulan
Mohammad Yamin. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya.tepatnya pada saat hari Kemerdekaan
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu “kami” dan “kita”. “Kami” adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan “kita” adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar adalah Subjek – Predikat – Objek-Keterangan (SPOK), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, “kemarin” atau “besok”), atau indikator lain seperti “sudah” atau “belum”.Dan Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36 yaitu “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak, yaitu “kami” dan “kita”. “Kami” adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan “kita” adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.
Susunan kata dasar adalah Subjek – Predikat – Objek-Keterangan (SPOK), walaupun susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, “kemarin” atau “besok”), atau indikator lain seperti “sudah” atau “belum”.Dan Bahasa Indonesia di atur dalam UUD 1945 pada pasal 36 yaitu “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.
Berdasarkan
fungsinya bahasa Indonesia dibagi menjadi 5 fungsi;
1. Ekspresif
Contohnya;mampu
menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
2.
Komunikasi
Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang dikmaksudkan dapat dimengerti.
Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang dikmaksudkan dapat dimengerti.
3. Kontrol
sosial
contohnya; tulisan “dilarang merokok” bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur atau pengontrol
contohnya; tulisan “dilarang merokok” bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur atau pengontrol
4. Adaptasi
Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kota, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kota, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
5.
Integrasi/pemersatu
Contohnya;bahasa-bahasa yang berbeda atau beraneka ragam dan dipersatukan oleh bahasa Nasional yang dapat dipakai di seluruh Indonesia yang menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Contohnya;bahasa-bahasa yang berbeda atau beraneka ragam dan dipersatukan oleh bahasa Nasional yang dapat dipakai di seluruh Indonesia yang menjadi satu kesatuan yang utuh dan bulat.
Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional di ikrarkan pada 28 oktober 1928 yaitu
hari “Sumpah Pemuda” yang memilki fungsi-fungsi sebagai;
1. Lambang identitas Nasional.
2. Lambang kebanggaan kebangsaan.
3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku,Agama,ras,adat istiadat dan Budaya.
Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah;
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
1. Lambang identitas Nasional.
2. Lambang kebanggaan kebangsaan.
3. Bahasa indonesia sebagai alat komunikasi.
4. Alat pemersatu bangsa yang berbeda Suku,Agama,ras,adat istiadat dan Budaya.
Hasil perumusan seminar polotik bahasa Nasional yang diselenggarakan di jakarta pada tangal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan berdasarkan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara adalah;
1. Sebagai bahasa resmi kenegaraan.
2. Sebagai alat pengantar dalam dunia pendidikan.
3. Sebagai penghubung pada tingkat Nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan
4. Sebagai pengembangan kebudayaan Nasional, Ilmu dan Teknologi.
-
-
Rumusan seminar
politik bahasa
Jakarta 3-6 Juni 2015
Seminar politik bahasa 2015 merupakan forum pemutahiran
kebijakan nasional kebahasaan atas rumusan politik yang dihasilkan dari dua seminar
terdahulu yang diselenggaran pada tahun 1975 dan 1999. Seminar yang ketiga ini
dihadiri 250 peserta yang terdiri atas pengambil kebijakan, pakar, dosen, guru
sastrawan , budayawan, pemuda, peminat serta pemerhati bahasa dan sastra
setelah mendengar dan memperhatikan laporan ketua panitia pelaksana seminar dan
sambutan kepala badan pengembangan dan pembinaan bahasa, serta membahas delapan
makalah sidang pleno dengan subtema sebagai berikut.
1.
Merajut kebinekaan bahasa sebagai pemerkukuh ikatan
kebangsaan
2.
Strategi kebahasaan untuk memperkukuh ikatan negeri bali
3.
Perspektif lingustik diakronis dan ikatan kebangsaan
4.
Bahasa melayu sebagai pendukung internasionalisasi bahasa
Indonesia
5.
Penguatan wawasan kebangsaan melalui bahasa sebagai
tantangan dunia global
6.
Identifikasi konflik dan ancaman disintegrasi melalui gejala
kebahasaan
7.
Bahasa-bahasa di Indonesia wilayah timur sebagai penopang
internasionalisasi bahasa Indonesia
8.
Penegakan integritas bahasa melalui layanan public nasional
dan internasional
Forum ini secara
umum memandang bahwa pemahaman terhadap kebebasan pada era reformasi dan
globalisasi telah menyebabkan karut marutnya penggunaan bahasa diruang public
dan menimbulkan dugaan terjadinya pembiyaran atas karut marutnya itu secara
sistematis oleh karena itu, dipandang penting pengambilan langkah-langkah
pembinaan, selain langkah-langkah pengembangan dan pelindungan bahasa serta
pengembangan strategi dan diplomasi kebahasaan untuk menjaga keseimbangan
antara upaya penciptaan kesergaman dan pengelolaan keberagaman bahasa di
Indonesia serta untuk memajukan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa
internasional, terutama diasia tenggara, guna membangkitkan kembali semangat
sumpah pemuda 1928.
Pandangan tersebut terurai dalam hasil
seminar berupa paparan makalah dan cacatan atas ramu pendapat yang berkembang
dalam seminar sebagai mana terlapir. Selanjutnya, seluruh hasil politik bahasa
2015 ini hendaknya digunakan sebagai bahan rekomendasi kebijakan nasional
kebahasaan
3.
PENGERTIAN PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Pembinaan bahasa merupakan upaya sadar,
terencana dan sisitematis tentang peningkatan mutu bahasa sehingga masyarakat
pemakainya memiliki kebanggaan dan kegairahan menggunakannya.Pengembangan bahasa adalah
keseluruhan usaha dan kegiatan yang dengan secara sadar ditujukan kepada
penyesuaian struktur dan fungsi bahasa dengan kebutuhan kemasyarakatan dan
pembangunan kita, baik yang nyata maupun yang mungkin ada (potensial) dalam
hubungannya dengan perkembangan keilmuan dan teknologi dunia sekarang ini serta
dengan kemungkinan–kemungkina bagi masa depan.
Upaya
dalam pembinaa bahasa antara lain, melalui pengajaran, pemasyarakatan, peran
media massa, dan jalur kepemimpinan. Pengembangan bahasa dilakukan melalui
pengembangan kosakata/istilah, perluasan pemekaian bahasa, pembinaan kepada
masyarakat, penelitian bahasa, dan pengembangan melalui media massa. Permasalahan
yang dihadapi dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Permasalahan
yang dihadapi dalam pembinaan bahasa adalah Persoalan mendasar adalah masih
rendahnya sikap positif berbahasa Indonesia di masyarakat penutur bahasa
Indonesia. Kompetensi berbahasa Indonesia dianggap tidak penting dikuasai,
sebaliknya penguasaan bahasa asing sangat didambakan. Sikap meremehkan bahasa
Indonesia ini berakibat pada tidak dipelajarinya segala aturan kebahasaan Indonesia.
Walhasil, bahasa Indonesia yang yang digunakan cendrung salah. Awak media massa
belum sepenuhnya menyugukan bahasa Indonesia yang diharapkan. Penggunaan
kalimat yang tidak efektif, diksi yang tidak tepat, atau pengggunaan
kata/istilah bahasa Indonesia yang tidak konsisten banyak dtemukan di beragam
media. Pejabat pun masih banya yang belum konsisten menggunakan bahasa
Indonesia.
Permasalahan
yang dihadapi dalam mengembangkan bahasa Indonesia adalah masih banyak kosakata
atau istilah. Mungkin juga kata-kata atau istilah-istilah tersebut sudah
diindonesiakan, tetapi kata atau pun istilah Indonesia-nya kalah populer dengan
bentuk asingnya. Sosialisasi pembinaan dan pembinaan bahasa masih minim. Belum dipahaminya pedoman pembentukan kata
dan istilah dengan benar dapat memunculkan kata atau istilah baru yang salah.
Sikap positif berbahasa pun belum tertanam pada masyarakata Indonesia.
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa mengemukakan delapan permasalahan dalam upaya pembinaan dan pengembangan
bahasa yaitu: rendahnya kemahiran membaca (reading skill) dalam
pengukuran PISAOECDtahun 2012,rendahnya nilai UN bahasa Indonesia,rendahnya
jumlah penutur muda bahasa daerah, belum meratanya dukungan bahasa daerah ke
dalam lema bahasaIndonesia,belum terstandarnya kemahiran berbahasa indonesia
pendidik dantenaga kependidikan,terbatasnya akses masyarakat terhadap layanan
kebahasaan,terbatasnya keterlibatan publik dalam penanganan kebahasaan,belum
memadainya sarana dan prasarana layanan kebahasaan didaerah.
Solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia
Untuk meningkatkan
kembali eksistensi bahasa Indonesia strategi yang ditempuh untuk meningkatkan
pembinaan bahasa Indonesia maka strategi yang kiranya dapat ditempuh adalah (1)
menyadarkan diri pemakai bahasa akan pentingnya memiliki sikap positif
berbahasa Indonesia, (2) peningkatan penggunaan bahasa dengan baik dan benar di
kalangan pejabat dan awak media massa, (3) menghilangkan rasa “malu” dan
“enggan” dalam mempergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, (4)
pembatasan penggunaan bahasa Inggris, bahasa daerah, ataupun bahasa gaul dalam
berkomunikasi formal, (5) penanaman pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang
baik dan benar, (6) menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan
bahasa, (7) peningkatan mutu sumber daya para pakar, dan (8) kegiatan
penyuluhan bahasa di luar bulan bahasa dan sastra.
Solusi terhadap
problematik pengembangan bahasa Indonesia adalah memperkuat ekosistem pendidikan, Pengembangan
yang seimbang dan harmoni antara bahasa nasional danbahasa daerah, dan Penguatan
karakter dan jati diri bangsa.
-
UPAYA
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA
Era
globalisasi yang ditandai dengan arus komunikasi yang begitu dahsyat dan akan
menyentuh semua aspek kehidupan, termasuk bahasa. Menuntut oara pengambil
kebijakan di bidang bahasa bekerja lebih keras untuk lebih menyempurnakan dan
meningkatkan semua sektor yang berhubungan dengan masalah pembinaan bahasa.
Melihat
perkembangan bahasa Indonesia di dalam negeri yang cukup pesat, perkembangan di
luar negeri pun sangat menggembirakan. Data terakhir menunjukkan setidaknya 52
negara asing telah membuka program bahasa Indonesia (Indonesian Language
Studies). Bahkan, perkembangan ini akan semakin meningkat setelah terbentuk
Badan Asosiasi Kelompok Bahasa Indonesia Penutur Asing di Bandung tahun 1999.
Walaupun perkembangan bahasa Indonesia semakin pesat di satu sisi, di sisi lain
peluang dan tantangan terhadap bahasa Indonesia semakin besar pula.
Sama halnya di negara sendiri, pengunaan bahasa Indonesia yang merupakan sebuah
kebutuhan untuk berbahasa sering di gunakan oleh kehidupan masyarakat pada
umumnya untuk berinteraksi, kerkerjasama dan berkomunikasi. Seperti halnya
penggunaan bahasa Indonesia tak hanya berlangsung di kalangan siswa, tetapi
juga telah jauh meluas di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bahkan, para
pejabat yang secara sosial seharusnya menjadi anutan pun tak jarang masih ”belepotan”
dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Dalam hal ini, mewabahnya penggunaan bahasa Indonesia bermutu rendah, lantaran
belum jelasnya strategi dan basis pembinaan. Pemerintah cenderung cuek dan
menyerahkan sepenuhnya kepada Pusat Bahasa sebagai tangan panjangnya untuk
menyusun strategi dan kebijakan. Upaya penggunaan bahasa Indonesia secara baik
dan benar tampaknya akan terus terapung-apung dalam bentangan slogan dan
retorika apabila tidak diimbangi dengan kejelasan strategi dan basis pembinaan.
Mengharapkan keteladanan generasi sekarang jelas merupakan hal yang berlebihan.
Berbahasa sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan kultur sebuah generasi.
Yang kita butuhkan saat ini adalah lahirnya sebuah generasi yang dengan amat
sadar memiliki tradisi berbahasa yang jujur, lugas, logis, dan taat asas
terhadap kaidah kebahasaan yang berlaku.
Melahirkan generasi yang memiliki idealisme dan apresiasi tinggi terhadap
penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar memang bukan hal yang mudah.
Meskipun demikian, jika kemauan dan kepedulian dapat ditumbuhkan secara
kolektif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, tentu bukan hal yang
mustahil untuk diwujudkan
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Rumpun
bahasa Austronesia (atau kadang disebut "bahasa kepulauan") adalah
sebuah rumpun bahasa yang sangat
luas penyebarannya di dunia. Dari Taiwan dan Hawaii di ujung utara sampai Selandia Baru (Aotearoa) di ujung selatan dan dari Madagaskar di ujung barat sampai Pulau Paskah (Rapanui) di ujung timur.
Kebanyakan
bahasa-bahasa Austronesia tidak mempunyai sejarah panjang dalam bentuk
tertulis, sehingga upaya untuk merekonstruksi bentuk-bentuk yang lebih awal,
yaitu sampai pada Proto-Austronesia, menjadi lebih sulit. Prasasti tertua dalam
bahasa Cham, yaitu Prasasti Dong Yen
Chau yang diperkirakan dibuat pada abad ke-4 Masehi, sekaligus
merupakan contoh bukti tertulis tertua pula bagi rumpun bahasa Austronesia.
Berdasarkan
fungsinya bahasa Indonesia dibagi menjadi 5 fungsi;
1. Ekspresif
Contohnya;mampu
menggungkapkan gambaran,maksud ,gagasan, dan perasaan.
2. Komunikasi
Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang dikmaksudkan dapat dimengerti.
Contohnya; sebagai alat berinteraksi atau hubungan antara dua manusia dan sehingga pesan yang dikmaksudkan dapat dimengerti.
3. Kontrol sosial
contohnya; tulisan “dilarang merokok” bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur atau pengontrol
contohnya; tulisan “dilarang merokok” bahasa tersebut berfungsi sebagai pengatur atau pengontrol
4. Adaptasi
Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kota, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
Contohnya;bila kita berada di wilayah atau daerah yang asing atau diluar ibu kota, kita dapat menggunakan bahasa Indonesia tersebut sebagai alat untuk adaptasi dengan lingkungan baru tersebut.
5. Integrasi/pemersatu
Upaya
dalam pembinaa bahasa antara lain, melalui pengajaran, pemasyarakatan, peran
media massa, dan jalur kepemimpinan. Pengembangan bahasa dilakukan melalui
pengembangan kosakata/istilah, perluasan pemekaian bahasa, pembinaan kepada
masyarakat, penelitian bahasa, dan pengembangan melalui media massa.
DAFTAR PUSTAKA
http://sinaubsi.blogspot.co.id/p/upaya-pembinaan-dan-pengembangan-bahasa.html
No comments:
Post a Comment